IlmuDahulu Sebelum Amal. Imam besar kaum muslimin, Imam Al-Bukhori berkata, "Al-'Ilmu Qoblal Qouli Wal 'Amali", ilmu sebelum berkata dan beramal. Perkataan ini merupakan kesimpulan yang beliau ambil dari firman Allah ta'ala, "Maka ilmuilah (ketahuilah)! bahwasanya tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan mohonlah ampunan bagi
Fast Money. Oleh Ary senpai ini sebagai sarana mempermudah pemahaman aja ya gaes, jangan galau Pada suatu malam ustad habib sedang berdiskusi dengan Bang Jack alias guru dari Ustad Habib itu sendiri. Kira-kira kayak gini. Ustad habib Guru, saya ingin bertanya nih… Bang Jack Bertanya apa muridku? Ustad Habib menurut guru, apa yang menjadi solusi degradasi moral saat ini, pada masa sekarang ini kan keilmuan maju, banyak sekali rumah tahfidz bahkan seperti industry rumah tahfidz, terus sekolah-sekolah sudah banyak. Tapi kok kemerosotan moral semakin tajam, ini gimana solusinya guru? Apakah harus kembali lagi ke jaman rasul atau apa? Bang Jack Kalau kembali ke jaman rasul, emang kamu punya mesin waktu? Lagian ntar kamunya yang kaget kalau melihat hokum yang kamu sendiri masih mumet, hehehehe Ustad Habib apa solusinya guru? Bang Jack kuncinya ini anak muda, iman sebelum adab, adab sebelum ilmu dan ilmu sebelum amal. Ustad Habib penjelasannya bagaimana? Bang jack Iman sebelum adab adalah hal dimana diri kita ini harus benar-benar mengerti sejatinnya manusia dibumi ini sebagai siapa? Sebagai mahluk atau cuman pantes-pantes? Tentunya jika kamu ngaku sebagai mahluk yang diberikan banyak kelebihan, kamu harus tahu juga bahwa Allah menciptakan jin dan manusia untuk beribadah kepadaNya. Nah dari situ kita akan tahu tentang adab berhubungan dengan Allah sebagai Tuhan kita, kemdian berhubungan dengan manusia sebagai sarana beribadah secara horizontal anak muda. Ustad Habib Kemudian adab sebelum ilmu itu bagaimana? Bang Jack Adab sebelum ilmu itu diartikan sebagai diri manusia harus memiliki akhlak yang bagus sebelum menerima banyak ilmu yang ada, misalnya nih mas habib ingin menjadi penghafal quran, tentunya sebelum memilih rumah tahfidz mana yang manu dituju hal pertama yang harus dilakukan adalah bagaimana kita memiliki akhlak yang mulia. Misalnya mas habib tidak mengedepankan akhlak atau adab, bisa jadi nantinya mas habib kalau udah jadi penghafal malah digunakan untuk pamer atau untuk mencari ketenaran dari hafalan mas habib itu sendiri. Ustad habib wah wah, iya iya, jaman sekarang banyak banget rumah tahfidz tapi dampaknya belum terasa di masyarakat. Bang jack hahaha saya gak ngebahas kayak gitu lho mas, oh ya yang terakhir adalah ilmu sebelum amal. Jadi sebelum kita beramal kita harus berilmu dulu, kita harus ngerti ini amalan atau perbuatan sesuai dengan anjuranNya atau tidak. Kebanyakan kita hanya menang semangat, misalnya mas habib sangat bersemangat belajar agama, akan tetapi belum tahu ilmu agama secara mendalam, mas habib kemudian melakuka kejahatan atas nama agama, nah itulah yang harus menjadi PR yaitu ilmu sebelum amal. Istilahnya orang jawa adalah kabeh ilmu diamalke lan kabeh amal ana ilmune. Ustad habib wah wah, iya iya, terima kasih guru. Hormat padamu y Bang jack ojo alay mas, biasa wae, saya masih banyak kekurangan. [Graha Sedekah; dengan semangat baru memulai perjalanan sejak tahun 2008. Demi menggerakkan generasi qur’ani Indonesia melalui cita-cita visioner mengenai pendidikan yang islami, akan terus berperan aktif dengan semangat tanpa henti untuk fokus mengelola potensi umat dalam rangka membangun peradaban menuju ridlo ilahi]
Lokasi halaman Beranda adab Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu By at 1/04/2021 Dari gambar ini kita belajar bahwa adab lebih penting daripada ketahui, bahwa perbedaan manusia dengan binatang adalah akal atau ilmu. Tetapi tingkatan yang lebih tinggi dari ilmu yakni adab atau akhlak. Karena seberapapun banyaknya ilmu tanpa disertai adab yang baik akan bisa menjadikan manusia pun berperilaku seperti binatangre keserakahan, tamak, kejam dan perilaku tercela lainnyaImam Malik rahimahullah pernah berkata pada seorang pemuda Quraisy, “Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”Kenapa para ulama mendahulukan mempelajari adab?Sebagaimana Yusuf bin Al Husain berkata, “Dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami ilmu.”Sebegitu pentingkah mempelajari adab, baru ilmu kemudian???Nah, misalnya di kehidupan nyata pun mungkin dari kita pernahkah menjumpai seorang yang sangat pintar, tapi sombong. Cerdas, tapi tak berperilaku baik. Pandai, tapi adab terhadap orangtua/gurunya kita pun memandang tidak baik orang seperti itu, karena budi pekertinya yang tidak sinkron dengan mengapa adab diutamakan untuk dipelajari terlebih adab itu?Al adab artinya menerapkan segala yang dipuji oleh orang, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Sebagian ulama juga mendefinisikan, adab adalah menerapkan “akhlak-akhlak yang mulia”Urgensinya kita harus memiliki adab atau akhlaq yang baik sebelum berilmu. Yakni,Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabdaأكملُ المؤمنين إيمانًا أحسنُهم خُلقًا“Kaum Mu’minin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya” HR. Tirmidzi no. 1162, ia berkata “hasan shahih”.Jelas dikatakan, sebaik-baik manusia yang paling baik akhlaqnya. Oleh karenanya, mau jadi sebaik-baik manusia?Yaitu dengan memperbaiki akhlaqnya.. Baca Juga Info Penting langganan artikel menerima tulisan, informasi dan berita untuk di posting menerima kritik dan saran, WhatsApp ke +62 0895-0283-8327
Semalam saya berdiskusi dengan suami mengenai progres hafalan Faris yang belum nambah-nambah. Mungkin dia bosan dengan metode pembelajaran saya, atau memang saya yang kurang mumpuni mendampinginya belajar. Entahlah, berkecamuk banyak pertanyaan di benak saya kenapa begini kenapa begitu. Saya terlalu menuntutnya mungkin, menggegasnya lebih awal tanpa memperdulikan hal-hal kecil yang sesungguhnya justru itulah yang bisa dia hadiahkan kepada saya saat ini. Seperti bersegera wudhu dan sholat jika sudah terdengar adzan, lebih aware saat bersuci setelah kencing, tidak berbicara saat di dalam kamar mandi, dan beberapa adab baik lainnya yang sudah ia laksanakan. Tetapi saya justru menuntut kekurangannya. Apanya yang salah? Pagi tadi saya lihat rekaman Ustadz Nuzul Dzikri Lc yang judulnya “Ayah Bunda Tolong Bawa Aku Ke Surga”. Dijawab banget semuanya disitu. Tentang kewajiban orang tua membekali anak terlebih dahulu dengan Iman sebelum Al Quran. Karena Iman akan menjadi bekal dikehidupannya sampai ke akhirat. Apakah itu kecerdasannya dalam hal ilmu dunia, ataupun tentang hapalan Al Quran nya yang banyak, tanpa Iman, maka ia sia – sia. Hebat di dunia tanpa iman, menjadikannya tidak selamat di akhirat. Hebat hapalan Al Qurannya tanpa Iman melakukan ketaatan akan menjadikannya seorang munafik. Maka sampaikan kepada anak kita tentang ini ; Abdullah bin Abbas –radhiyallahu anhuma– menceritakan, suatu hari saya berada di belakang Nabi shallallahu alaihi wasallam. Beliau bersabda, “Nak, aku ajarkan kepadamu beberapa untai kalimat Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu. Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah, dan jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan andaipun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang membahayakanmu, maka hal itu tidak akan membahayakanmu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering. Masyaa Allah, mendengar ini rasanya saya baru diingatkan tentang hal mendasar yang justru terlupakan. Dengan itu saja, sudah cukup seorang anak terhindar dari keadaan down saat gagal ujian masuk perguruan tinggi yang ia cita – citakan karena meski ia telah ikhtiar tapi jika itu bukan takdirnya maka tidak akan ia raih. Iapun percaya ada rencana Allah lainnya yang menjadi takdirnya dan itu baik baginya. Tidak akan ada anak yang minder jika keadaannya berbeda dengan teman lainnya. Baik dalam hal harta, keadaan fisik, maupun kecerdasannya. Karena ia tahu, Allah telah berikan sesuai dengan takdirnya. Sebagian kita terlalu menuntut anak untuk pintar disemua mata pelajaran. Sibuk dengan les ini dan itu. Menyampaikan bahwa kamu suatu saat harus jadi orang dengan ilmu kamu. Maka kamu harus pintar. Harus rajin belajar. Ya benar, pintar memang harus. Tapi jika itu untuk dunia, temukan saja satu bakatnya yang bisa menjadi bekal hidupnya. Apakah ia berpotensi menjadi seorang dokter, maka tidak perlu memaksanya pandai juga banyak bahasa asing. Jika dia berbakat dibidang matematika, maka tidak perlu memaksanya pandai desain misalnya. Agar waktunya terfokus pada bidang yang ia minati. Bahwa membekali anak agar siap menghadapi masa depan dengan dengan ilmu paling canggih saat inipun, belum tentu dimasa depan ilmu itu bisa ia pakai. Semua cepat berganti. Bukankah banyak saat ini orang – orang yang bekerja tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya dahulu? Namun dengan iman, apapun itu tak kan jadi masalah. Karena Firman Allah “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” QS. Ath Tholaq 2-3 Lalu mengapa kita masih sibuk dengan persiapan dunianya saja ; Ini asuransi pendidikan, ini asuransi kesehatan, ini tabungan untuk nanti menikah, ini rumah untuk anak – anak, dst. Sampai – sampai kita sibuk dengan pekerjaan dan tak sempat lagi menikmati kebersamaan dengan anak, memberikan mereka nasihat, membekali mereka dengan berbagai rencana akhirat. Sampai lalai membekalinya dengan iman. Bahwa Allah melihatnya, bahwa setiap tindak langkahnya dicatat malaikat, bahwa jika ia kesulitan Allah yang akan menolongnya, jika ia kebingungan Allah pula yang akan menuntunnya. Bagaimana bisa kita marah kepada anak saat nilainya buruk, saat ia membangkang, saat ia tak mau sekolah. Bukan marah karena anak lalai dengan sholatnya, tak peduli dengan pergaulannya. Kita bisa marah saat anak susah bangun pagi untuk berangkat sekolah, tapi tak marah saat anak tidak bangun untuk sholat subuh. Astaghfirullah…. Bukan berapa banyak juz anak kita hapal Al Quran, tapi hatinya hampa dari rasa cinta kepada Allah. Bukan berapa banyak prestasinya ia raih disekolah, tapi seberapa dalam kecintaannya kepada Allah. Menggantungkan hati dan harapan hanya kepada Allah. Bersungguh – sungguh dalam ketaatannya kepada Allah. Jika Iman ada dalam hatinya, profesi apapun yang halal, jadi apapun ia kelak, maka itulah investasi akhirat. Itulah kesuksesan sejati. Agar sekeluarga, bisa berkumpul kembali di SurgaNya Kelak.
adab sebelum ilmu ilmu sebelum amal